Thursday, July 19, 2018

Radja Nainggolan: Pemain Mematikan di Belakang Penyerang



Dari kelima pemain baru Inter, terselip nama besar yang patut diperhatikan. Dia adalah Radja Nainggolan. Pemain ini telah diakui sebagai salah satu talenta terbaik di Serie A saat ini.

Melihat Radja memilih bergabung dengan Inter tentu sebuah hal yang menarik. Hal itu diperkuat oleh fakta bahwa ia direkrut dari salah satu klub rival, AS Roma.

Bagi Interisti, sebutan untuk para penggemar Inter, kehadiran mereka menjadi sesuatu yang harus diapresiasi. Meski dari segi usia tak lagi muda, Nainggolan adalah sosok penting di klub terdahulunya. Bisa dibilang dengan bergabungnya Radja, Inter telah menunjukkan kalau mereka memang tak main-main dalam menyambut musim mendatang.

Radja Nainggolan

Saya masih ingat pertama kali mendengar nama Radja Nainggolan beberapa tahun lalu. Saat itu, ia masih membela Cagliari. Tentu saya sempat mengernyitkan dahi melihat ada nama "Nainggolan" yang berlaga di kasta tertinggi sepak bola Italia. Tak lama akhirnya diketahui bahwa ia memang memiliki darah keturunan Indonesia. Namun yang membuatnya semakin unik adalah Radja pria berkebangsaan Belgia.

Terlepas dari keunikan silsilah keluarganya, Nainggolan memang menjadi salah satu sosok yang bersinar di Cagliari. Bermain di posisi gelandang, ia selalu bermain energik dan menjadi pusat permainan di lini tengah. Radja, bersama Davide Astori, menjadi pemain Cagliari paling diburu oleh klub-klub besar kala itu.

Pada akhirnya Nainggolan pun memilih pinangan AS Roma pada 2014. Selama kurang lebih empat tahun membela klub ibukota, Radja telah menahbiskan dirinya menjadi salah satu pemain paling berbahaya di Serie A.

Seperti yang kita ketahui, Nainggolan adalah gelandang kreatif yang bisa memecah kebuntuan timnya. Entah itu melalui umpan-umpannya atau ia sendiri yang menyelesaikan peluang. Radja juga memiliki ketahanan fisik mumpuni dan bisa bermain di berbagai posisi. Ia juga bisa diandalkan untuk ikut bertahan bila dibutuhkan.

Pemain Berbahaya di Belakang Penyerang

Di musim lalu Roma paling sering menggunakan skema 4-3-3. Nainggolan menjadi tumpuan utama Roma dalam menyerang. Cukup terlihat bahwa Di Francesco seringkali menempatkan dirinya sedikit lebih ke depan dibanding dua pemain tengah lainnya. Yang membuat Roma lebih terlihat bermain sebagai 4-2-1-3 ketika menyerang.

Dengan bermain lebih ke depan, terbukti bahwa Radja menjadi lebih efektif. Dari total 31 penampilan di Serie A, ia berhasil berkontribusi langsung dalam 15 gol yang tercipta (4 gol dan 9 asis). Nainggolan pun memiliki rataan 1,9 umpan kunci per pertandingan. Hanya Kolarov yang mampu melampauinya (2,3).

Penampilan impresif Radja di musim lalu, tak lepas dari taktik yang dibentuk oleh sang pelatih. Karena bila diperhatikan, Roma memang bermain dengan Radja sebagai pusatnya. Maka dari itu, Di Francesco memilih untuk memasang dua gelandang bertahan di belakang Radja. Entah itu De Rossi, Kevin Strootman, atau Lorenzo Pellegrini. Berkat itu, Radja lebih leluasa dalam menyerang.

Di Francesco memang sadar betul seberapa besar kemampuan Nainggolan. Tak banyak pemain yang memiliki visi bermain dan ditumpu dengan teknik mumpuni serta ketahanan fisik yang baik. Selain itu, ia juga pandai melepas umpan-umpan berbahaya yang bisa membelah pertahanan lawan. Tercatat Radja menjadi pemain Roma yang paling sering mengirim umpan terobosan, dengan rataan sukses mencapai 0,3 per pertandingan.

Terlepas dari itu, Nainggolan juga terbilang baik dalam soal membantu pertahanan. Di musim lalu, ia mencatat rataan tekel sukses 1,6 per pertandingan. Angka ini terbilang cukup tinggi untuk pemain yang berposisi sebagai gelandang serang seperti Nainggolan. Bahkan angka tersebut sama dengan apa yang diperoleh Federico Fazio. Perbedaannya, jumlah tekel Fazio yang lebih banyak dibanding Nainggolan.

Kepingan Taktik Spalletti yang Hilang

Dari sini timbul sebuah pertanyaan, apakah Spalletti akan membentuk Inter yang berpusat pada Nainggolan?

Melihat dari gaya bermain Inter di musim lalu, bisa saja hal itu terjadi. Faktor utamanya adalah karena Inter dan Roma di musim lalu sama-sama mengandalkan serangan melalui sisi sayap. Serta menempatkan dua gelandang pekerja di lini tengah.

Namun perbedannya, Inter tak memiliki pemain tengah yang cocok untuk memerankan advanced playmaker seperti Radja. Peran itu pun lebih banyak diemban oleh Ivan Perisic di musim lalu. Sebelum pada akhirnya Rafinha memberi sedikit alternatif di kubu Inter.

Memang Il Nerazzurri memiliki Marcelo Brozovic dan Borja Valero. Namun di musim lalu, kita bisa melihat bagaimana Brozovic menunjukkan potensi besarnya sebagai gelandang box to box. Yang pada akhirnya sangat berguna baginya saat berlaga di Piala Dunia bersama Kroasia. Sedangkan Valero lebih cocok ditempatkan di posisi yang lebih dalam, karena mobilitasnya sudah tak sebaik ketika ia masih muda dulu. Lagipula Inter butuh Valero sebagai penyeimbang dan pemain yang bisa mengendalikan tempo di lini tengah.

Maka dari itu, bisa dibilang Nainggolan adalah sosok yang benar-benar dibutuhkan oleh Spalletti. Setidaknya untuk membuat serangan Inter lebih variatif. Tidak melulu mengandalkan keajaiban Perisic atau kerja keras Candreva dari sisi lapangan saja.

Menurut saya, di musim depan Nainggolan akan menjadi pemain yang sulit tergantikan. Kasarnya, bagaimana pun skema dasar yang diterapkan Spalletti, akan ada Nainggolan di sana.

Nah, bagaimana bila Inter bermain dengan tiga bek? Maka Nainggolan akan berdiri di belakang Icardi. Atau jika Spalletti ingin menggunakan dua penyerang, maka Nainggolan akan tetap berdiri di belakang Icardi.

*****

Tentang Kwadwo Asamoah, Lautaro Martinez, dan Matteo Politano akan dibahas di tulisan-tulisan berikutnya.

Tulisan ini adalah lanjutan dari serial "Analisis Para Pemain Baru Inter 2018/2019"

Tuesday, July 17, 2018

Analisis Para Pemain Baru Inter 2018/2019




Lolos ke Liga Champions adalah salah satu pencapaian besar bagi Inter. Miris memang sebagai salah satu tim yang punya sejarah di turnamen tersebut, faktanya Inter telah absen selama bertahun-tahun. Namun hadirnya Luciano Spalletti serta penampilan apik yang ditunjukkan para pemain di musim lalu, pada akhirnya berhasil membawa Inter kembali ke panggung tertinggi Eropa.

Artinya di musim depan Inter akan berlaga di tiga kejuaraan, Serie A (liga), Piala Italia, dan Liga Champions. Jadwal pertandingan tentunya akan menumpuk. Hal ini bisa menjadi batu terjal bagi Inter.

Salah satu kekhawatiran pada sebuah klub yang bermain di banyak kompetisi adalah tentang konsistensi serta kebugaran pemain, terutama para pemain kunci. Belum lagi masih ada potensi kerugian lain dari cedera dan larangan bermain. Maka dari itu, Inter memang butuh kedalaman skuad yang lebih baik dibanding musim lalu.

Ya, kedalaman skuad memang telah menjadi masalah Inter selama beberapa tahun ke belakang. Bahkan di musim lalu, terlihat sekali Inter begitu berbeda ketika Icardi absen, atau Perisic tidak tampil impresif seperti laga-laga lainnya.

Dilihat dari pergerakan Inter untuk mempersiapkan musim depan, Inter berupaya mengatasi hal itu dengan mendatangkan pemain-pemain baru. Namun yang membuatnya menarik adalah pemain-pemain yang telah resmi diboyong sepertinya tak hanya diproyeksikan menjadi pelapis semata, melainkan untuk menambah kekuatan utama.

Sejauh ini, Inter telah resmi merekrut lima nama, Stefan De Vrij, Radja Nainggolan, Kwadwo Asamoah, Lautaro Martinez, dan Matteo Politano. Bagaimana mereka akan masuk ke dalam skema Spalletti nanti? Mari saya bahas satu per satu.

Stefan De Vrij

Pertama kali mendengar rumor bahwa De Vrij akan berlabuh ke Inter, awalnya saya tak percaya. Namun ternyata rumor tersebut menjadi kenyataan. Yang lebih mengejutkan adalah Inter mendapatkannya secara cuma-cuma, alias gratis. Ini pun membuat saya terkejut. Karena memang klub ini terbilang jarang mendapatkan pemain bagus tanpa harus menggelontorkan uang banyak. Ternyata Inter telah banyak berubah ya, syukurlah.

Oke, kita langsung bahas saja ya.

Stefan De Vrij
Bagi yang belum tahu, De Vrij adalah pemain yang berposisi sebagai bek tengah. Namanya pertama kali mencuat ketika memperkuat Feyenoord selama lima tahun, sebelum pindah ke Lazio pada 2014. Penampilan gemilangnya bersama tim nasional Belanda di Piala Dunia 2014 semakin melambungkan nama De Vrij, apalagi saat itu ia menjadi pilar penting dari skema Louis Van Gaal.

Selama empat tahun berkarier di Lazio, total ia tampil di 110 pertandingan dan mencetak 10 gol. Pemain berusia 26 tahun ini dikenal sebagai bek tengah yang handal membaca permainan. Selain itu, ia juga memiliki kemampuan dalam membangun serangan dari belakang bila dibutuhkan.

Di musim lalu, ia mencatat rataan 2 intersep per pertandingan di liga. Nilai itu menjadi kedua tertinggi di bawah Wallace. Namun yang harus diperhatikan adalah jumlah bermain De Vrij jauh di atas Wallace (36 berbanding 14). Bila dibandingkan dengan pemain Inter, angka tersebut pun jauh berada di atas. Bek tengah Inter dengan catatan intersep terbaik adalah Cancelo dan D'Ambrosio (1,3). Sedangkan Miranda dan Skriniar masing-masing hanya mencatat 1,2 dan 0,9 per pertandingan.

Selain itu, Stefan juga memiliki akurasi passing yang sangat baik. Dia pun menjadi pemain Lazio dengan persentase rataan terbaik di musim lalu yang mencapai 91,4%. Yang menarik adalah ia mencatat 2,8 long pass sukses per pertandingan.



Tentunya, Inter memiliki keuntungan yang luar biasa dengan mendapatkan De Vrij. Kemungkinan besar Spalletti akan menduetkan pria Belanda ini dengan Skriniar atau Miranda. Bisa juga ketiganya bermain bersamaan dengan skema tiga bek.

Perpaduan tiga pemain ini harusnya bisa membentuk lini belakang yang kokoh. Kasarnya, Inter akan memiliki De Vrij dengan kemampuan membaca permainan dan peran sebagai ball player, Skriniar yang kuat dalam duel satu lawan satu, serta kepemimpinan dan ketenangan yang dimiliki Miranda.

Bila Spalletti benar-benar menggunakan tiga bek di musim depan, maka kita akan melihat Inter dengan cara bermain yang berbeda secara keseluruhan dibanding musim lalu.

***

Untuk pemain-pemain lain dan prediksi skema permainan akan dibahas di tulisan-tulisan berikutnya.

Saturday, January 27, 2018

Rafinha: Optimisme dan Kekhawatiran Baru Inter


Sumber: @Inter_en (Twitter)

Geliat Inter di bursa transfer Januari ternyata belum berhenti. Setelah berhasil mendapatkan Lisandro López dari Benfica, Nerazurri berhasil mendapatkan satu pemain lagi. Dia adalah Rafinha Alcantara, pemain berusia 24 tahun yang dipinjam dari Barcelona.

Bila melihat rekam jejaknya bersama Barcelona, wajar jika banyak yang optimis dengan kedatangan pria kelahiran Sao Paulo ini. Nama Rafinha mulai dikenal ketika bermain sebagai pemain pinjaman di Celta Vigo pada 2013. Lalu di musim berikutnya, dia kembali ke Barcelona dan menjadi bagian tim yang berhasil merengkuh treble winners di bawah asuhan Luis Enrique.

Kini di tahun 2018, Rafinha memutuskan untuk bergabung bersama Nerazzurri meski hanya berstatus pinjaman. Selain menimbulkan optimisme bagi para Interisti, kedatangan Rafinha juga menuai kekhawatiran tersendiri.

Menambah Daya Gedor dari Lini Tengah

Selain masalah kedalaman skuat, masalah Inter di musim ini adalah minimnya alternatif strategi dalam menyerang. Memang bila dilihat secara statistik tidak terlalu buruk, karena sejauh ini mereka berhasil menyarangkan total 36 gol. Namun bila dilihat dari segi permainan, bisa dibilang bahwa Inter terlalu bergantung pada kedua penyerang sayapnya, Perisic dan Candreva.

Ketergantungan itu membuat Inter terlalu mudah dibaca permainannya. Belum lagi bila Perisic atau Candreva gagal tampil secara maksimal, praktis Inter kesulitan dalam mencetak gol. Ini jugalah yang menjadi alasan mengapa Inter gagal menang di enam pertandingan terakhir.

Masalah itu diperparah dengan minimnya daya gedor dari lini tengah. Bila dilihat dari materi pemain, sebenarnya Inter punya dua nama yang bisa menambal kekurangan itu, Joao Mario dan Marcelo Brozovic. Namun sayangnya, kedua pemain tersebut gagal menampilkan performa seperti yang diharapkan. Bahkan Mario pun akhirnya dilego ke West Ham United dengan status pinjaman.

Sumber: @Inter_en (Twitter)

Tak heran bila Spalletti pun cenderung mempertahankan kombinasi Gagliardini-Vecino-Valero di lini tengah. Sisi positifnya, Inter terlihat solid di lini tengah, terutama dalam membantu pertahanan dan menguasai bola. Namun mereka kurang bisa diandalkan bila kedua winger menemui kebuntuan.

Rafinha tentu menjadi sosok yang diharapkan menambal kekurangan Inter tersebut. Dibanding dengan gelandang Inter lainnya, Rafinha jauh lebih agresif dalam menyerang. Dia punya kecepatan dan kemampuan dribel yang mumpuni. Bahkan ketika di Celta Vigo, Rafinha berhasil menorehkan catatan 2,3 dribel sukses per pertandingan.

Selain itu, Rafinha juga memiliki akurasi umpan yang baik. Di musim terbaiknya bersama Barcelona, catatannya bahkan mencapai rataan 91,8%. Artinya, Rafinha juga bisa diandalkan untuk menjaga penguasaan bola di lini tengah.



Jika Spalletti menampilkan Rafinha di lini tengah, kemungkinan besar dia akan menggeser salah satu dari Gagliardini atau Vecino dan bermain dengan satu gelandang bertahan. Hadirnya Rafinha juga memudahkan Valero dalam mengontrol permainan, terutama dalam menyerang. Sebagai playmaker, kini Valero punya alternatif serangan baru lewat Rafinha, jika kedua winger mengalami kesulitan.

Fleksibilitas Rafinha juga menguntungkan Spalletti. Selain berposisi sebagai gelandang, Rafinha juga mahir bila ditempatkan di penyerang sayap. Dia bisa menjadi alternatif untuk Candreva atau Perisic. Lebih menarik jika dia ditempatkan di sisi kanan. Dengan kaki kiri yang dominan serta kemampuan dribelnya, Rafinha bisa sesekali melakukan cut inside ke kotak penalti.



Ini juga membuat sisi kanan Inter jauh lebih berbahaya, terutama jika Spalleti memadukannya dengan Joao Cancelo sebagai fullback kanan. Seperti yang kita tahu, Cancelo jauh lebih agresif dalam menyerang ketimbang D'Ambrosio. Cancelo juga mampu melepas umpan-umpan silang yang berbahaya ke kotak penalti. Sedangkan posisi gelandang serang bisa diserahkan pada Brozovic, atau kembali memasang trio Vecino-Gagliardini-Valero.

Rentan Cedera

Kekhawatiran terbesar yang timbul dari Rafinha adalah fakta bahwa pemain ini memang rentan dengan cedera. Dia pernah mengalami dua kali cedera serius. Pertama dialami pada musim 2015/16 ketika dia mengaalami cedera ACL (Anterior Cruciate Ligament). Cedera tersebut memaksanya untuk menepi selama sekitar 6 bulan.

Kedua adalah cedera meniskus (Meniscus injury) yang diidapnya pada musim lalu. Bahkan cedera ini lebih parah dari yang pertama, karena membuat Rafinha absen selama 8 bulan lebih.

Belum lagi jika melihat riwayat cedera lainnya. Hal itulah yang membuat perekrutan Rafinha sebenarnya memiliki risiko besar. Dilihat dari riwayat cederanya, hampir satu tahun lebih dia tidak bermain.

Sumber: transfermarkt.com
Maka dari itu, Inter memang tidak seharusnya berharap begitu banyak dengan seorang pemain yang bahkan kesulitan menemukan kondisi terbaiknya. Spalletti sendiri pun mengungkapkan, "Kami tidak dapat berpikir bahwa seseorang yang belum bermain dalam satu setengah tahun akan datang dan memperbaiki tim ini. Kami adalah orang-orang yang harus membantunya, dan bukan sebaliknya."

Memang meilhat dari potensinya, wajar bila kita para Interisti gembira dengan kedatangan Rafinha. Namun dibalik kemampuan dan segala kehebatannya, Rafinha masih menimbulkan kekhawatiran karena riwayat cedera yang mengerikan. Bagaimanapun kita hanya bisa berharap yang terbaik, untuk Inter maupun Rafinha.

Mari kita nantikan bagaimana aksi Rafinha bersama Inter. Mungkin dia akan terlihat di laga melawan SPAL mendatang. Oh ya, selamat bergabung Rafinha!

Saturday, January 20, 2018

Lisandro López: Pelengkap Lini Belakang Inter

Butuh waktu sekitar dua minggu untuk Inter menunjukkan geliatnya di jendela transfer musim dingin ini. Beberapa hari lalu melalui berbagai sosial media, Inter mengumumkan pemain baru mereka, Lisandro López.

Keputusan Inter untuk menggaet López di bulan Januari ini terbilang sebagai langkah yang tepat. Pasalnya, Il Nerazzurri sendiri memang butuh pemain baru. Tak hanya untuk meningkatkan kualitas permainan saja, tetapi juga untuk memperdalam skuat. Karena sejauh ini, skuad asuhan Luciano Spalletti tersebut dianggap kurang memiliki skuat yang merata.

Sekilas Tentang Lisandro López

Nama Lisandro López memang cukup familiar di dunia sepakbola. Namun sebagian besar tentu masih bingung sebenarnya siapa pemain baru Inter ini. Wajar sebenarnya, karena memang ada pemain lain bernama sama yang telah dikenal sebelumnya, dan keduanya pun sama-sama berasal dari Argentina. Perbedaannya, Lisandro López "senior" berposisi sebagai penyerang, sedangkan pemain baru Inter ini merupakan seorang pemain belakang. 

Baiklah, lebih baik saya langsung membahas Lisandro López Inter saja daripada nanti bingung tertukar.

Sumber: goal.com
Lisandro adalah pemain berusia 28 tahun yang lahir di Villa Constitución, Argentina. Kariernya berawal di klub Chacharita Juniors. Di sana, dia melakukan debut profesionalnya pada 22 Agustus 2009, saat itu Lisandro masih berusia 20 tahun. Bakatnya pun mulai terlihat sejak itu, karena Lisandro pada akhirnya membukukan total 25 pertandingan dan catatan dua gol di musim perdananya. 

Pada 2010, López menyebrang ke Arsenal de Sarandi. Selama kurang lebih tiga tahun berkiprah di klub barunya, kemampuan Lisandro pun semakin terasah. Total dia membukukan 102 penampilan dan 17 gol. Berkat itu jugalah yang pada akhirnya membuat klub-klub Eropa kepincut padanya. Mulai dari Málaga, A.C. Milan, hingga Benfica memperebutkan jasanya.

Akhirnya Benfica menjadi klub yang berhasil mendapatkannya. Namun di awal kedatangannya, López langsung dipinjamkan ke Getafe. Selama semusim di La Liga , Lisandro unjuk gigi dengan 26 penampilan dan mencetak tiga gol.

Musim berikutnya, López kembali ke Portugal dan bermain untuk Benfica. Total, López mencatat 54 penampilan dan menyumbang enam gol di seluruh kompetisi. Namun sayangnya di musim ini, posisinya sedikit tergeser dengan Luisao dan Ruben Dias. Mungkin karena itu jugalah yang membuatnya memilih untuk dipinjamkan ke Inter.

Melengkapi Kebutuhan Lini Belakang

Pertama kali saya mendengar kabar bahwa Inter mendatangkan Lisandro López, ada sebuah pertanyaan muncul. Benarkah kini Spalletti butuh pemain ini? Terutama jika mengingat bahwa posisinya sebagai bek tengah.

Sejauh ini Inter telah memainkan tiga bek tengah, João Miranda, Milan Škriniar, dan Andrea Ranocchia. Secara komposisi, tersedianya tiga bek terbilang aman, karena Inter tak berlaga di Eropa. Terlebih, Spalletti memilih untuk konsisten dalam susunan pemain dalam tiap pertandingan. Jadi, Inter memang minim rotasi.

Sumber: goal.com
Namun ternyata, hal itu tetap memiliki risiko. Terlihat ketika Miranda harus absen karena cedera, Inter tak punya pelapis lagi untuk posisi bek tengah. Memang sebenarnya masih ada pemuda asal Belgia, Zinho Venheusen, tetapi hingga saat ini dia juga belum mendapat kepercayaan dari sang pelatih. Ya, bahkan untuk bermain sebagai pengganti sekalipun.

Bisa dibilang, alasan tersebutlah yang membuat kedatangan Lisandro López cukup penting. Pasalnya, Inter ternyata masih butuh satu bek tengah pelapis lagi. Setidaknya, jika dibandingkan dengan Venheusen, kualitas Lisandro López telah teruji dan juga lebih berpengalaman. Selain itu, dia juga kemungkinan besar bisa bersaing langsung dengan Ranocchia.

Bagaimana dengan Kemampuan Lisandro López?

Sepanjang kariernya, López dikenal sebagai bek yang cukup produktif. Secara total, dia telah mencetak 29 gol dari 230 pertandingan di semua kompetisi. Bahkan hampir di setiap musim, López selalu mencetak minimal satu gol untuk timnya. Paling banyak ia lakukan ketika berlaga bersama Arsenal de Sarandi, dengan raihan 17 gol dalam tiga musim.

Raihan golnya memang bukan sesuatu yang fantastis memang, tetapi untuk ukuran bek tengah terbilang cukup banyak. Hal itu tak lepas dari fakta bahwa López berposisi sebagai penyerang saat masih di tim junior Chacharita.

Sumber: goal.com
Terlepas dari catatan golnya, López adalah seorang pemain belakang yang solid. Melihat dari fisiknya, dengan tinggi 188 cm, dia sangat bisa diandalkan untuk duel-duel udara. Namun yang menjadi keunggulannya adalah fleksibilitas dan kemampuannya membaca situasi. Selain sebagai bek tengah, dia juga mahir bila ditempatkan sebagai fullback. López sendiri pernah menyatakan ketika berada di Benfica, "Saya selalu mempelajari tentang pergerakan dan penempatan posisi. Karena saya pikir strategi itu vital di sepakbola, terutama bagi para pemain bertahan."

Lisandro juga dikenal sebagai sosok panutan. Selama kariernya, López jarang disorot media untuk perilakunya di luar lapangan. Dia pun cenderung menghindari hingar-bingar label bintang, tipikal orang yang low profile. Namun rekan satu timnya di Benfica, Julio César, mengakui bahwa López adalah orang yang bisa menghidupkan ruang ganti.

*****

Secara keseluruhan, López adalah pemain yang tepat bagi Inter saat ini. Selain sebagai pelengkap lini belakang, fleksibilitas yang dimilikinya akan berguna bagi Spalletti dalam menyusun strategi cadangan. Selain itu, pengalaman dan karakternya juga akan bermanfaat untuk para pemain muda Inter seperti Škriniar serta Venheusen.

Sumber: interfanclub.com
Sebenarnya saya sendiri kurang yakin bila Inter akan membelinya di akhir musim nanti. Meskipun harga yang telah disepakati terbilang sesuai, yaitu 9 juta Euro. Untuk ukuran pemain berusia 28 tahun dengan bekal kemampuan dan pengalaman seperti dirinya, seharusnya label 9 juta Euro adalah tawaran yang menguntungkan. Ya, berharap saja López bisa memberi kesan baik bagi Spalletti dan manajemen Inter nantinya.

Selamat datang di Inter, Lisandro López!

Tuesday, March 7, 2017

Mirisnya Hidup Wanita



imdb.com

Sebenarnya saya baru tahu bahwa tanggal 8 Maret itu diperingati sebagai Hari Perempuan Sedunia. Penyebabnya adalah ramainya perbincangan tentang Women’s March Jakarta yang dimulai pada hari Sabtu, 4 Maret lalu. Berbicara soal perempuan, saya jadi teringat dengan sebuah film yang berjudul Mustang.

Ketertarikan saya pada film Mustang sejujurnya murni hanya karena film ini mendapat nominasi Best Foreign Language Film di Academy Awards tahun lalu. Sebelum menonton pun saya tak mencari membaca sinopsis maupun melihat trailernya. Maka dari itu saya tak punya bayangan tentang jalan ceritanya sama sekali.

Ternyata cerita Mustang ini memang jauh di luar dugaan saya. Awalnya, film garapan sineas asal Truki, Deniz Gamze Ergüven ini mengisahkan bagaimana 5 perempuan kakak beradik yang menjalani hidup dengan bahagia. Mereka bermain dan tertawa seperti anak-anak pada umumnya. Namun lama-kelamaan, kebahagiaan mereka pun dirampas satu per satu dan perlahan. Mirisnya, hal itu dilakukan oleh paman dan neneknya yang mengasuh mereka.

Meski Mustang menggunakan latar kehidupan di Turki, namun film ini memang terasa dekat dengan kondisi di Indonesia. Ada banyak sekali kejadian yang bisa dibilang bersinggungan langsung dengan perihal hak-hak wanita, pengaruh orang tua terhadap anak, dan juga pengaruh lingkungan sosial. Oh ya, saya ingin mengingatkan bahwa bahasan ini tentunya menjadi spoiler. Hehe.

Ketakutan Berlebih Orang Tua

Masalah utama yang hadir di film ini adalah orang tua yang terlalu khawatir dengan kondisi anak-anaknya. Maka dari itu mereka sering kali bertindak protektif. Namun sayangnya, alih-alih memberi pengertian tentang bahaya dari suatu hal, mereka cenderung memilih untuk langsung melarang. Ya kadang dengan ancaman sebuah hukuman bila dilanggar.

Tentu saja maksudnya baik, ingin melindungi sang anak dari bahaya dan kejamnya dunia. Namun jika berlebihan, tentu akan berakibat buruk juga pada anak-anak. Karena wajar saja, kita pun ketika muda merasa haus akan informasi dan hal baru.

Nah, hal itu digambarkan dengan lumayan ekstrim di film Mustang. Karena sebuah kesalahpahaman, mereka dilarang untuk keluar rumah. Bahkan parahnya, si nenek dan pamannya setuju untuk menyingkirkan segala hal yang dianggap “merusak”, seperti buku bacaan hingga telepon genggam.

Bayangkan saja, mereka sudah dilarang keluar rumah, ditambah lagi tak boleh mengkonsumsi hiburan dan belajar. Kejam? Ya sangat kejam menurut saya. Tak hanya merendahkan sebagai perempuan, tapi juga sebagai manusia. Toh, hidup mereka tak jauh berbeda dengan napi yang di penjara. Terbatas dan penuh aturan.

Stigma Perempuan di Masyarakat

Meski Mustang berlatar Turki, rasanya ada juga anggapan tertentu tentang wanita yang mirip dengan di Indonesia. Yaitu para wanita harus berpakaian tertutup, bisa memasak, dan melakukan pekerjaan ruamh tangga lainnya. Di Mustang, hal itu berulang kali disinggung dari beberapa adegan.

Menurut saya, memang hal itu baik. Menutupi tubuh ada untungnya karena bisa terhindari dari ancaman seperti luka atau serangga. Lagipula urusan fashion pun bisa diatur, artinya seorang wanita bisa tetap terlihat menawan terlepas dari cara berpakaiannya, entah itu tertutup atau tidak. Untuk urusan memasak pun juga sama baiknya, Ya lagipula menurut saya memasak adalah salah satu keahlian untuk bertahan hidup.

Namun kekhawatiran yang ditonjolkan dari film ini adalah dua hal itu tidak diimbangi dengan kebebasan berekspresi. Ada sebuah pemikiran bahwa wanita harus berpakaian tertutup, bisa memasak, dan melakukan pekerjaan rumah tangga SAJA. Mereka tak diizinkan untuk melakukan hal lain, karena dianggap “merusak”.

Lebih parahnya adalah anggapan dari generasi orang tua kita bahwa jika wanita tak bisa melakukan hal-hal tersebut, akan mendapat cap negatif. Ya semudah itukah menilai seseorang?

Pernikahan Usia Dini dan Kekerasan Seksual

Seperti yang kita tahu, di tahun 2017 ini masih ada orang yang menyalahkan wanita di kasus kekerasan seksual. Entah berapa kali saya melihat tanggapan seperti, “Ya salah sendiri berpakaian minim” atau “salah sendiri berjalan di tempat sepi pada malam hari”. Padahal sudah jelas si wanita ini menjadi korban, tetapi malah disalahkan.

Lagipula yang harus disalahkan itu si pelaku. Mau tertutup seperti apa pun, jika pelaku tak bisa menahan nafsunya, ya akan terjadi perkosaan juga. Sama saja. Begitu pun sebaliknya, mau si wanita berpakaian minim, kalau bisa menekan hawa nafsu ya tak akan terjadi apa-apa.

Bahkan ada yang lebih parah, saya pernah membaca sekilas tentang wanita yang dipaksa keluarganya untuk menikah dengan si pemerkosa. Hebat ya. Ya bahkan masih ada kekerasan seksual yang dilakukan oleh anggota keluarganya sendiri.

Ya itulah mengapa masih ada anak-anak remaja yang terpaksa untuk menikah. Salah satunya karena dipaksa oleh keluarganya. Apa pun alasannya, entah itu karena diperkosa atau untuk melunasi hutang keluarga. Namun menurut saya, hal itu tak sepantasnya terjadi.

Seperti di film Mustang, para wanita itu satu per satu dipaksa untuk menikah ketika usia mereka masih remaja. Bahkan salah satu penyebabnya adalah karena si anak telah diperkosa oleh sang paman. Coba direkap lagi poin-poin di atas, para wanita dikekang dan dipaksa melakukan hal-hal yang tak diinginkan, lalu mereka dipaksa menikah. Apakah itu cara mengasuh anak? Atau pabrik budak?

Terkadang saya merasa kasihan dengan wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun, terutama karena alasan terpaksa. Tentu ada sebagian hidup mereka yang berubah dan berbeda dibanding wanita seusianya yang belum menikah. Yang biasanya masih punya waktu banyak untuk mengasah diri, mau tak mau mereka harus membagi peran sebagai istri dan juga ibu.

Saya juga menyayangkan para wanita yang terbuai dengan kata “halal”. Tak sedikit yang menikah hanya mengejar status “halal” saja. Bukannya saya menentang pernikahan. Namun menurut saya sebuah pernikahan tidak sedangkal dan sesederhana itu. Ada banyak hal yang sepatutnya dipertimbangkan.

Maka dari itu pernikahan dini pun belum tentu membuahkan hasil yang positif. Terlalu berisiko, secara fisik dan batin.

Penutup

Dari film Mustang saya belajar banyak hal. Mulai dari bagaimana besarnya pengaruh orang tua, hingga kepada hak wanita sebagai manusia. Jika kalian ingin memperingati hari perempuan sedunia, ada baiknya menonton film Mustang, meski berlatar Turki, saya merasa hal yang ada di dalamnya juga kemungkinan masih terjadi di Indonesia.

Ya setidaknya dari film ini kalian bisa melihat bagaimana menjadi orang tua yang buruk seperti apa.

Postingan Populer